Kinerja saham global di tahun ini tampaknya lebih cemerlang ketimbang Emas. Faktanya Emas turun 6% sepanjang tahun ini, dibandingkan Nikkei menguat +25%, Dow Jones-30 naik 10%, sementara S&P500 menguat 6% dan Nasdaq 5% serta FTSE terkerek naik 5% di periode yang sama.
Kejatuhan Gold ini disebabkan oleh sinyal dari petinggi The Fed yang mulai mempertimbangkan pelambatan program pembelian asetnya dari jumlah $85 milyar per bulan saat ini. Namun aksi sell-off Emas sebenarnya masih mengikuti arus pelemahan komoditas lainnya yang sudah terjadi sepanjang tahun ini. Dari 18 komoditas berjangka yang diperdagangkan, yakni logam , energi dan agrikultur, hanya 5 yang menguat yakni WTI, gasoline, natural gas, palladium dan kapas, sementara berbagai komoditas lainnya anjlok tajam. Faktor utama pemicunya adalah pelambatan momentum pertumbuhan ekonomi China.
Berbagai lembaga hedge funds juga terpaksa melakukan aksi profit taking pada Emas untuk menutupi kerugian di aset lainnya, khususnya disebabkan oleh kejatuhan saham Apple sebesar 20-30% sejauh ini, sehingga manajer investasi perlu menjual beberapa kepemilikan Emasnya untuk menyeimbangkan portfolio tersebut.
Selain itu keyakinan para investor bahwa ECB akan melakukan segala cara termasuk program OMT nya untuk menyelamatkan zona Euro telah memicu pelemahan yield obligasi di berbagai negara member zona Euro, dimana hal ini mengurangi resiko perpecahan zona Euro atau skenario exit dari member zona Euro telah berkurang secara signifikan sehingga minat para investor terhadap aset safe haven seperti Emas berkurang secara dramatis.
Bagaimanapun pelemahan Emas yang tajam sebenarnya cukup langka terjadi dan justru memberikan peluang beli di harga murah. Namun bagaimana kita dapat menilai seberapa murahnya harga Emas tersebut. Ada salah satu teknik yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan rasio Emas terhadap risk aset seperti indeks saham.
Bila kita bandingkan harga Emas ke saham, situasi ini cukup mengkhawatirkan pada pemegang setia Emas. Dengan menggunakan rasio Gold/S&P500 misalnya, rasio ini telah jatuh dibawah level 1.0 untuk kali pertama dalam 3 tahun terakhir. Secara keseluruhan rasio tersebut telah melorot 40% dari level tertinggi 23 tahunnya pada Agustus 2011 silam.
Sedangkan rasio Dow-Gold, dari tahun 1900 – 2012 secara historis pernah jatuh ke level terendahnya di 1.6 pada tahun 1932, dan 1.00 pada tahun 1980. Rasio Dow-gold yang rendah tersebut berarti harga saham rendah sementara harga Emas terlampau tinggi, sedangkan rasio Dow-Gold tertinggi di kisaran 46 berarti harga saham terlampau tinggi sementara harga Gold sudah murah.
Rasio dow-gold ini biasanya dipakai oleh trader professional untuk melihat timing siklus Emas, yang dipicu oleh pembelian bank sentral, penjualan cadangan devisa Emas pemerintah khususnya negara member Eropa yang bermasalah hutang seperti Cyprus dan siklus ekspansi ekonomi serta melihat siklus kontraksi atau ekspansi moneter.
Terkadang ada siklus dimana bursa akan rebound tajam dan turun gila-gilaan ketika rasio Dow-gold ini mencapai bottom atau peak sebenarnya saat itulah yang terbaik untuk membeli Gold, karena pada dasarnya market akan cenderung secara natural bergerak mengerek harga property, komoditi dan inflasi yang makin meningkat.
Selain itu untuk menghindari kerugian bertransaksi Emas, setiap trading ideas sebaiknya berangka dari sesuatu yang global dan major dan terus dianalis sampai ke level mikro. Meskipun kita bergerak dalam suatu siklus tapi tidak berarti setiap siklus memiliki trigger dan impact yang sama, contoh siklus Emas 1970an dan siklus komoditas 2000-an, ketika rasio Dow-Gold mencapai level tertinggi nya (saham mahal, Emas murah) sebenarnya memiliki impact yang berbeda karena trigger awalnya tidak sama.
Saat ini level rasio dow-gold masih berada di level 9.59, (Dow=14,750/Gold=1538.50) masih dibawah benchmark 20 (lihat chart) berarti level Emas saat ini masih tergolong belum murah, dan memberikan sinyal adanya ruang penurunan harga Emas lebih lanjut.
Seperti yang sudah kami bahas pada artikel sebelumnya, klik: Waspada Resiko Bearish Emas, maka dapat kita perhatikan juga faktor teknikal telah menunjukkan adanya formasi death cross Emas sejak 19 February, yang merupakan sinyal bearish long term. Selanjutnya selama harga masih bertahan dibawah area 1590 – 1570, tekanan bearish masih dominan untuk mengincar target terdekat ke kisaran 1500, sebelum menuju ke 1465.
Apakah di level 1465 tersebut emas tergolong murah? Sebaiknya kita perlu gunakan rasio Dow-Gold ketika harga mencapai level tersebut, jika rasio dow-gold masih dibawah 10 sebaiknya jangan berspekulasi untuk membeli Emas, in short term ikuti saja arusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar