Jumat, 01 Maret 2013


JAKARTA. Meski jenis instrumen investasi baru bermunculan pamor emas tak pernah pudar. Terbukti, si kuning mengkilat ini tetap menjadi incaran investor. Jangan tanya sejak kapan emas menjadi menjadi sangat berharga. Konon emas sudah menjadi alat tukar sejak zaman para nabi.
Perencana keuangan dari Zelts Consulting Ahmad Gozali mengatakan, emas tepat untuk mengamankan aset dari risiko inflasi. Namun, dia menilai, karakter kenaikan harga emas agak “lucu”. Harga bakal naik ketika kondisi perekonomian meradang atau baik sekali. Namun, jika kondisi perekonomian cenderung biasa, harga justru tak bergerak bahkan melorot.
Namun, dilihat dari tren jangka panjang, Gozali memastikan, pertumbuhan harga emas tak mengecewakan. Menyimak data Bloomberg, selama lima tahun terakhir, harga emas tumbuh 97,79% atau sekitar 19,56% per tahun. Perencana keuangan dari Fahima Advisory Fauziah Arsiyanti atau yang akrab disapa Zizi berpendapat, investasi emas menggiurkan untuk investasi jangka panjang.
Manajer Divisi Syariah Perum Pegadaian Wartono berpikir sama. “Invetasi emas jangka panjang, yakni di atas tiga tahun, bisa digunakan sebagai sarana hedging aset,” ujar dia.
Gozali dan Zizi bahkan sepakat, emas menjadi instrumen wajib dalam aset rumah tangga. Sebagai dana darurat, emas bisa dikombinasikan dengan deposito dan tabungan. “Porsi emas dari total aset bahkan bisa 5%-10%,” saran Gozali.
Kapan waktu yang tepat
Meski tren lima tahunan mengalami kenaikan, sejak awal tahun sejatinya harga emas cenderung tiarap. Secara historikal, Wartono mengatakan, harga emas biasanya melorot jelang akhir tahun. Penyebabnya politis, yakni intervensi bank sentral beberapa negara. Namun, harga kemudian cenderung naik pada Agustus hingga September.
Wartono optimistis, harga emas tahun ini bisa merangkak ke Rp 575.000 per gram. Rabu lalu (2/5), harga emas di London Metal Exchange (LME) US$ 1.652,9 per ons troi atau sekitar Rp 488,59 per gram.
Lantas, bagaimana pendapat perencana keuangan tentang pemilihan waktu investasi? Gozali dan Zizi tetap kompak mengatakan, tak ada waktu yang tak tepat untuk membeli emas. “Siapa yang bisa memastikan bahwa harga hari ini sudah yang paling rendah?” kata Gozali.
Dengan kata lain, perencana keuangan ingin mengatakan bahwa setiap hari adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi. Zizi lebih menekankan pada konsep rutinitas dalam menabung emas untuk menumbuhkan kedisiplinan berinvestasi.
Meski setiap saat adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi, ada hal-hal mendasar yang harus diketahui tentang investasi emas. Simak strategi berikut!
Memilih bentuk
Setidaknya ada tiga bentuk emas yang bisa dipilih untuk investasi, yakni emas batangan, emas koleksi, dan emas perhiasan. Mari kita bahas mulai dari emas batangan. Batangan di sini hanya istilah karena sejatinya ini merujuk pada emas murni yang tidak dibuat neko-neko bentuknya.
Ukuran yang biasa di pasaran beragam, mulai dari 1 gram hingga lebih dari 1 kilogram (kg). Gozali mengatakan, hampir tidak ada minus dari emas bentuk ini. Sebab, “Bentuknya standar, jadi ketika dijual kembali tidak akan terpotong ongkos pembuatan,” terangnya.
Semakin berat emas yang dibeli, risiko selisih harga beli dan jual makin sempit. Gozali mengatakan, emas berberat 100 gram ke atas memiliki selisih nilai beli dan jual 2% - 3%, sedangkan selisih beli- jual emas 50 gram hanya 5%. Jika Anda membeli emas berat 25 gram ke bawah, selisih nilai beli dan jual bisa sampai 10%.
Bentuk kedua, yakni emas koleksi. Emas koleksi bisa sengaja dibuat, misalnya dinar emas edisi terbatas atau emas hasil lelang yang diproduksi pada masa tertentu. Nilai emas ini tak sekadar harga emasnya, melainkan juga nilai subjektivitas di dalamnya. Maka dari itu, Gozali bilang, tak semua keluarga cocok dengan investasi ini meski nilai yang ditawarkan bisa jauh menggiurkan di atas emas berberat sama.
Bentuk ketiga adalah emas perhiasan yang memiliki kelebihan karena bisa sekaligus digunakan. Namun, ketika dijual kembali, harga bisa melorot lumayan karena akan terpangkas biaya pembuatan.
Tunai atau mencicil
Anda ingin berinvestasi emas tapi duit yang ada tak sebanding jumlah emas yang ingin dibeli? Jangan patah arang, tawaran Perum Pegadaian mungkin bisa menjadi solusi. Perusahaan berlogo timbangan ini melayani pembelian emas fisik dengan cara mencicil berskema syariah akad murabahah atau jual-beli.
Layanan bertajuk Mulia tersebut melayani pembelian emas dari 5 gram hingga 1 kg dengan tenor mencicil maksimal 3 tahun. Wartono menjelaskan untuk menikmati layanan ini Anda harus membayar uang muka 20% - 35%, tergantung berat emas yang dibeli dan tenor yang dipilih. Di samping itu, ada biaya administrasi Rp 50.000.
Karena menggunakan akad syariah, Perum Pegadaian tak memungut bunga melainkan ada bagi hasil yang mesti dibayar kepada Perum Pegadaian dengan besaran yang diketahui nasabah. Besarnya bisa sampai 3% dari nilai emas yang dibeli. “Sisa uang muka yang dibayar akan dibagi rata selama tenor yang dipilih,” terang Wartono.
Zizi mengatakan, skema yang ditawarkan Pegadaian cukup menarik. Namun, dia mengatakan ada risiko jika terjadi gagal bayar dari pihak nasabah. Rencana memiliki emas bisa buyar, padahal orang tersebut sudah merogoh kocek untuk beberapa kali pencicilan. Karena itu, membeli secara tunai menurutnya lebih aman.
Beberapa tempat yang bisa dipilih seperti Logam Mulia dan toko emas, baik yang offline maupun yang online. Gozali berpendapat, membeli emas di toko emas terkadang lebih menguntungkan ketimbang di Logam Mulia.
Alasan Gozali, toko emas lebih efisien dalam hal produksi dan lebih dekat dengan konsumen. Toko emas biasanya banyak menerima penjualan emas dari konsumen langsung. Emas kemudian dilebur di Logam Mulia lalu dijual kembali. “Sementara Logam Mulia memproduksi dari sejak di tambang lalu karyawannya juga banyak,” tutur Gozali beralasan.
Namun, pada saat tertentu, harga jual di toko emas bisa lebih tinggi dibandingkan Logam Mulia. Hal ini terjadi ketika persedian di pasar menipis. Jadi, membandingkan harga layak Anda lakukan sebelum merealisasikan membawa pulang si kuning mengkilat.
Jangka panjang
Para perencana keuangan seragam mengatakan, emas sangat tepat untuk mendanai kebutuhan jangka panjang. Antara lain, kebutuhan pendidikan anak di masa depan, biaya haji, atau berlibur ke luar negeri. Maklum, nilai emas di seluruh dunia setara. Oleh sebab itu,
lebih baik horison investasi emas Anda lebih dari tiga tahun demi meminimalisasi risiko fluktuasi harga. Dengan kata lain, jangan jual emas Anda untuk kebutuhan jangka pendek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar